Bantaeng, 12/5 – 2014 – Sebanyak 3 kabupaten, dua dari Jawa Tengah dan Kalimantan
Timur bertemu di Kabupaten Bantaeng. Ketiganya masing-masing Kabupaten Pati
Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Gunung Kidul juga dari Jawa Tengah.
Sedang dari Kalimantan Timur berasal
dari Kabupaten Paser. Ketiganya ingin belajar berbagai hal di daerah berjarak
120 kilometer arah selatan Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulsel.
Tetamu dari tiga daerah berbeda
tersebut diterima Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah di Gedung Balai Kartini,
Senin (12/5). Bupati dalam sambutan penerimaan tersebut didampingi Wakil Bupati
H Muhammad Yasin, Sekda H Abd Latief dan pimpinan SKPD.
Rombongan Kabupaten Paser yang
dipimpin Asisten 3 Ir Asmuni Samad juga membawa tim kesenian yang
mempersembahkan tari Selamat Datang.
Rombongan berkekuatan 43 orang dari
penduduk berjumlah 247 ribu jiwa tersebar pada 10 kecamatan dan 136 desa dan 5
kelurahan itu berharap mendapat motivasi untuk membangun daerah ke depan.
Kabupaten Paser, terang Asmuni
memiliki panjang pesisir 200 kilometer dan didominasi perkebunan kelapa sawit.
Ia berharap, dari kunjungan ini, terjalin kerjasama, terlebih sebagian penduduk
Paser masih berasal dari Sulawesi dan suku-suku lainnya di Indonesia.
Ketua Rombongan Kabupaten Pati,
Mohtar S.ip, Msi yang datang bersama Ketua Komisi IV DPRD Pati Luki Setiadi dan
sejumlah pejabat dan anggota dewan lainnya juga berharap, kehadirannya di
Bantaeng memperoleh banyak manfaat terhadap masyarakat Kabupaten Pati.
‘’Kami ingin meningkatkan
pengelolaan program masyarakat mandiri pedesaan. Karena itu, kami ingin belajar
inovasi dan prestasi yan telah diperoleh Bantaeng,’’ katanya.
Melalui study banding ini, kami
ingin menimba ilmu sekalgus berharap ada semangat kebersamaan di daerah yang
terletak di Pantai Utara Pulau Jawa ini.
Kabupaten Pati, tamba Mohtar,
memiliki garis pantai sepanjang 60 kilometer. Karena itu, Pati juga dikenal
sebagai daerah Mina Padi karena memiliki potensi pertanian dan perikanan.
Kepala Bappeda Kabupaten Gunung
Kidul Ir Syarief Armunanto MM pada kesempatan itu mengatakan, kehadirannya
untuk kali keempat pasca kerjasama dengan Kabupaten Bantaeng sudah banyak
mengalami kemajuan.
‘’Kami banyak belajar masalah
pertanian dan pariwisata. Dan kedatangan kali ini untuk belajar di bidang
pelayanana kesehatan melalui Brigade Siaga Bencana (BSB) yang sudah ada di
Bantaeng.
‘’Tidak salah, bapak-bapak belajar
ke daerah ini. Jokowi saja kalah, terutama untuk penanganan banjir,’’ terang
Syarief meyakinkan 2 kabupaten yang menjadi tamu baru Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten Bantaeng dulu (sebelum
2008) juga merupakan daerah langganan banjir, tapi di tangan Nurdin Abdullah,
banjir tersebut sudah tidak ada. Bantaeng bahkan telah memiliki alun-alun kota
yang membanggakan, urainya.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
menyambut baik keinginan untuk belajar ke wilayah kerjanya. Ini sesuatu yang
baik untuk saling mendorong memajukana daerah agar tidak menjadi tertawaan
Negara lain, katanya.
Indonesia selalu menjadi
tertawaan Negara lain karena dari sisi kekayaan alam kita kaya, namun
masyarakat Indonesia masih miskin. Karena itu, kita harus bisa belajar bersama
dan saling mendorong untuk memajukan daerah agar masyarakat tidak meninggalkan
kampung halamannya.
Ia kemudian member gambaran bagaimana
membangun Bantaeng dari daerah tertinggal menjadi daerah yang memiliki
pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka di atas persen.
APBD yang pada 2008 hanya Rp 233
miliar, kini sudah di atas Rp 500 miliar. PAD yang semula hanya Rp 11 miliar,
diharapkan pada tahun 2017 sudah mencapau angka Rp 1,5 triliun.
Untuk memajukan daerah,
perencanaannya harus sesuai kebutuhan rakyat, bukan keinginan. Pola pikir
seperti itu yang perlu ditanamkan agar aparat tidak berpikir bagaimana
menghabiskan tetapi berpikir bagaimana menghasilkan, terangnya.(hms)
0 komentar: