Bantaeng, 25/10 – 2013 - Meski baru pertama kali tampil dalam kancah internasional,
Tim Kesenian Kabupaten Bantaeng yang mewakili Indonesia dalam ajang The 8th
Kagoshima Youth Music Art’s Festival (KAYAF) 2013 berhasil mencuri perhatian
masyarakat setempat.
Tidak tanggung-tanggung, Tim
Kesenian yang diberi nama Bantaeng Indonesia Art Group dan dibina langsung
Ketua Tim Penggerak PKK Hj Lies F Nurdin berhasil meraih penghargaan tertinggi
The Brillian Performance.
‘’Hongkong dan beberapa negara
lainnya hanya memperoleh ucapan terima kasih, sedang Bantaeng disebut The
Brillian Performance’’ kata Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantaeng Hj Lies
F Nurdin di Bantaeng, Jum’at (25/10).
Menurut istri Bupati Bantaeng,
penghargaan tersebut tidak didperoleh begitu saja sebab tim yang tampil bersama
negara-negara Asia Pasifik lainnya melalui pelatihan sekitar 5 bulanan.
Pimpinan Rombongan Tim, Anwar Hamido
secara terpisah sekembalinya dari negeri sakura itu menjelaskan, tim kesenian
dari berbagai negara seperti Hongkong, Taiwan, Bangladesh, India, China,
Philipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, Kamboja dan Indonesia
memperlihatkan kebolehannya dalam ajang tersebut.
Namun, Indonesia (Bantaeng) yang
tampil pertama yang menampilkan tarian dan musik mampu memukau masyarakat
Jepang. Penilaian tersebut dilakukan dalam bentuk jajak pendapat setiap kali
peserta tampil.
Anwar Hamido mengatakan, salah satu
keunggulan Tim Kesenian Bantaeng karena menggunakan musik tradisional secara
langsung (bukan rekaman CD).
Atas keberhasilan tersebut, dua
orang delegasi Indonesia masing-masing Pimpinan Rombongan Anwar Hamido dan
Farida mendapat kehormatan duduk bersama petinggi pendidikan Jepang serta Ketua
Perhimpunan TV Jepang.
Masih menurut Anwar, kekaguman
masyarakat Jepang terhadap delegasi Indonesia sudah terasa sejak awal, sebab
sebelum tampil pada ajang peringatan Hari Jadi Kota Kagoshima tersebut, Tim
Kesenian Bantaeng sudah diundang salah satu SMA Jepang untuk saling bertukar
budaya.
Di sekolah tersebut, para peserta
berbaur dengan pelajar setempat untuk saling mengenal budaya masing-masing,
termasuk belajar tulisan kanji (tulisan Jepang) sekaligus menampilkan kesenian
kedua negara.
Selama di negeri matahari terbit
tersebut, tim juga melihat system pertanian hidroponik yang ramah lingkungan di
tengah Kota Kanzai. Pertanian di tengah gedung pencakar langit tersebut tidak
menggunakan pupuk kimia, terang Anwar.(hms)
0 komentar: