Bantaeng, 18/11 – 2013 - Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur ingin
memperluas kerjasama dengan Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulsel, terutama di
bidang pertanian.
Pendapatan dari sektor pertanian
selama ini masih berada di urutan kedua dibanding perdagangan dan hotel padahal
potensi lahan cukup memadai, kata Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto ketika
melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Bantaeng, Senin (18/11).
Bupati pada kunker tersebut
disertai Ketua Tim Penggerak PKK Ny Hj Umi Kalsum Dadang Wigiarto, Sekda H
Saifullah, Ketua Dharma Wanita Ny Situ Uswatun Hasanah Saefullah.
Selain itu, hadir pula Asisten
bidang Ekonomi, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kepala Diknas, Kepala
Disperindag, Kadis Pendapatan Daerah, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis PU
dan Pengairan, Direktur RS Abd Rahim, Kabag Humas, Kabag Umum dan sejumlah
pejabat lainnya.
Rombongan berjumlah 20 orang
tersebut diterima Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah di rumah jabatan. Bupati
Bantaeng pada kesempatan itu juga didampingi Sekda Sudarni, dan Pimpinan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Menurut Bupati Dadang Wigiarto,
pihaknya sudah banyak mendengar tentang perkembangan Bantaeng, termasuk melalui
media. Dari aspek geografis Situbondo dan Bantaeng sama.
‘’Kami mendapat informasi, Bantaeng
dan Situbondo sama-sama pernah menjadi daerah tertinggal. Sama-sama punya
pantai, daratan dan pegunungan. Karena itu, kami ingin belajar banyak dan
mencoba mengembangkan jaringan agar bisa tumbuh bersama,’’ ujarnya.
Hanya saja, terang Dadang, tipologi
masyarakatnya mungkin beda sebab Situbondo dengan penduduk 659 ribu jiwa,
kadang menyulitkan pengaturan Jamkesda karena bila ada program kemiskinan, maka
mendadak banyak yang mengaku miskin.
Dari sisi APBD, Situbondo yang
semula Rp 648 miliar, kini meningkat di atas Rp 1 triliun dengan pertumbuhan
ekonomi 5% menjadi 5,5%.
Tahun 2014, Pemda merencanakan
membentuk minapolitan. Selain itu Resi gudang yang ada juga tidak bisa
dimanfaatkan karena kurangnya respon dari petani.
Situbondo memiliki panjang pantai
150 km dengan pengembangan berbagai jenis ikan kerapu.
Untuk itu, ia berharap kepada
seluruh jajarannya yang turut dalam Kunker ini agar menggali lebih banyak,
belajar dan timba ilmu agar dapat diterapkan di Situbondo, pintanya.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
menyambut baik kunker yang dilakukan jajaran Pemda Situbondo ke kabupaten
berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulsel.
Menurut Bupati HM Nurdin
Abdullah, daerah terkecil di Sulsel ini keluar dari Kementerian Pemberdayaan
Daerah tertinggal pada 2010 dengan pertumbuhan ekonomi 5,7%.
Namun berkat kerja keras, pertubuhan
ekonomi tersebut meningkat tajam menjadi 8,9% pada 2012 dengan jumlah penduduk
190 ribu jiwa.
Daerah berjuluk Butta Toa ini
memiliki 3 klaster, yakni pesisir, dataran rendah, dan pegunungan. Di pesisir
dikembangkan rumput laut, di dataran dikembangkan padi dan di pegunungan
dikembangkan apel dan strawberry.
Pada 2009, Bantaeng dicanangkan
menjadi Kabupaten Benih Berbasis Teknologi serta pengembangan talas untuk
ekspor ke Jepang. Untuk perbanyakan bibitnya, dilakukan melalui Laboratorium
Kultur Jaringan yang semula bekerjasama Biotrop.
Kini, Bantaeng tumbuh 74% dari
sektor pertanian melalui system penanaman Legowo 21.
Di desa, jelas Nurdin Abdullah, juga
dibentuk Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang dibekali modal Rp 100 juta untuk
merangsang produksi masyarakat desa.
Pengembangan tersebut didasarkan
pentingnya pangan ke depan. ‘’Orang bisa saja menunda beli mobil, tapi untuk
makan tentu tidak bisa ditunda,’’ urainya.
Tofografi Kabupaten Bantaeng yang
rawan banjir disiasati dengan membangun cekdam serbaguna, sedang di bidang
kesehatan dibentuk Brigade Siaga Bencana (BSB).
Kehadiran lembaga ini mampu menekan
tingkat kematian ibu dan anak yang pada 2008 tingkat kematian mencapai 15
hingga 20 orang, turun drastis bahkan kini mencapai nol.
BSB yang dilengkapi fasilitas
ambulance bantuan Jepang memberi pelayanan kesehatan maksimal dengan system
jemput pasien. Bahkan, hingga Oktober tercatat 19 orang melahirkan di atas
mobil.
Dari sisi APBD, pada 2008 hanya Rp
260 miliar. Dari jumlah tersebut belanja pegawai 72%, kini APBD Bantaeng sudah
di atas Rp 600 miliar.
Ke depan, daerah ini akan menjadi
daerah jasa dan industri ditandai masuknya sejumlah industri pengolahan bijih
nikel (smelter). Industri yang ditunjang energy listrik PLN tersebut kini dalam
tahap pembangunan.(hms)
0 komentar: