Bantaeng, 13/6 – 2014 – Meski kerjasama dengan Pemda Kabupaten Gunung Kidul telah
berlangsung 4 tahun, namun wakil rakyat setempat masih penasaran dengan sistem
pelayanan kesehatan gratis yang dilakukan Pemda Kabupaten Bantaeng.
‘’Kami berterima kasih kepada Pemda
Kabupaten Bantaeng yang telah menjalin kerjasama Pemda Gunung Kidul bahkan
telah membantu memfasilitasi bantuan dari Jepang, namun kami masih ingin
belajar layanan kesehatan gratis,’’ kata Ketua DPRD Gunung Kidul Provinsi DIY
Yogyakarta, Budi Utama ketika diterima Bupati Bantaeng di ruang rapat pimpinan
Kantor Bupati Bantaeng, Jum’at (13/6).
Para wakil rakyat yang hadir masing-masing
Ketua Fraksi Golkar Marsiono, Ketua Fraksi Demokrat Eko Rustanto dan Ketua
Fraksi PAN Sutata. Kunjungan tersebut disertai Kepala Bappeda Syarief
Armunanto, para Ketua Komisi dan sejumlah Kepala Dinas (Kadis).
Budi Utama yang politisi PDI
Perjuangan mengatakan, yang membuat penasaran dan ingin kita pelajari adalah
bagaimana Pemda Bantaeng memberi layanan gratis kepada seluruh masyarakat,
bahkan ke daerah tetangga.
Selain masalah kesehatan, wakil
rakyat itu juga ingin mengetahui pengembangan agrobisnis, terutama talas serta
industri pengolahan ikan dan cara menjaring investasi.
Kabupaten Bantaeng dalam 5 tahun
terakhir banyak dikunjungi investor yang berinvestasi di bidang pemurnian nikel
(Smelter) dan industri lainnya.
Karena itu, ia berharap kegiatan di
Kabupaten Bantaeng tersebut juga dapat dilakukan di Kabupaten Gunung Kidul
karena ada kemiripan, terang Budi.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
pada kesempatan itu mengemukakan jalinan kerjasama dengan Gunung Kidul yang
berjalan baik.
Bupati dan sejumlah pejabat dari
Gunung Kidul bahkan menjadi saksi bagaimana Bantaeng dibangun, terang Nurdin
Abdullah yang didampingi plt Sekda H Abdul Latief Naikang, dan para pimpinan
SKPD.
Bupati Bantaeng mengatakan, letak
geografis daerah berjuluk Butta Toa ini rawan banjir, terutama pada musim hujan
karena strukturnya terdiri atas gunung, daratan dan laut dan pada musim
kemarau, Bantaeng kesulitan air.
Karena itu dibangun cekdam
pengendali untuk mengatur air dari gunung. Kelebihannya dialirkan ke sungai
induk dan pada musim kemarau dijadikan cadangan.
Setelah berhasil mengatasi banjir
tahunan, barulah Pemda membangun berbagai fasilitas, termasuk membuat alun-alun
kota dengan menimbun pantai (revitalisasi).
Kini, pantai tersebut menjadi
kawasan yang ramai dikunjungi, sedang untuk menyiasati keterbatasan lahan,
dikembangkan pola pertanian berbasis teknologi ditunjang industri pengolahan
benih.
Melalui industri benih tersebut,
kini petani memperoleh kepastian. Demikian pula dengan penyediaan pupuk, Pemda
bekerjasama BPPT telah menghadirkan industry pupuk lepas lambat (SRF) sehingga
petani lebih irit karena pupuk ini hanya sekali ditebar hingga produksi.
Pada dataran tinggi juga tetap
dijadikan penyangga kebutuhan sayuran untuk Sulsel dan Kalimantan. Juga
dikembangkan tanaman apel dan strawberry untuk menunjang kawasan agrowisata.
Produksi pertanian masyarakat juga
ditunjang kehadiran Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk memudahkan menjangkau
pasar. Sedang pada dataran rendah dikembangkan berbagai jenis buah, termasuk manggis.
Khusus layanan kesehatan, Bupati HM
Nurdin Abdullah mengatakan, banyak mendapat bantuan Jepang, terutama pengadaan
mobil ambulance dan pemadam kebakaran.
Berkat bantuan tersebut, layanan
berbasis telepon 113 ke Brigade Siaga Bencana (BSB) mampu member layanan cepat
ditunjang 20 orang dokter dan 16 perawat.
Pemda juga membangun kawasan wisata
pantai yang diberi nama Pantai Marina Korong Batu yang pembangunannya juga
tidak menggunakan APBD, urainya.(hms)
0 komentar: