Bantaeng, 19/10 – 2013 - Bupati
Bantaeng HM Nurdin Abdullah meminta aparatur negara meninggalkan budaya
menghabiskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pola fikir seperti itu sudah harus
ditinggalkan dengan berfikir bagaimana memanfaatkan APBD seefektif mungkin dan
bagaimana mendatangkan dana untuk membangun daerah.
‘’Bila pola fikir tersebut
digunakan, tidak ada lagi daerah miskin di Indonesia karena aparat sudah membuat
program sesuai kebutuhan, bukan lagi programa yang sesuai keinginan,’’ katanya
di depan peserta Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan (Latpim) 3 angkatan 8
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Makassar, Sabtu (19/10).
Peserta Latpim untuk Kepala Bidang
ini berjumlah 40 orang dari 6 provinsi di kawasan timur Indonesia yakni
Halmahera Selatan, Konawe Provinsi Sultra, Timikia Provinsi Papua, Gorontalo,
Sulawesi Barat dan Kabupaten Soppeng Provinsi Sulsel.
Menurut HM Nurdin Abdullah,
Indonesia diberi rahmat oleh Allah dengan segala potensinya. Ia bahkan menyebut
Indonesia sebagai negeri separuh sorga.
‘’Semuanya ada dan subur, hanya saja
salah kelola. Akibatnya kita miskin. Anehnya, kemiskinan tersebut kita pelihara
hingga kita merdeka 67 tahun. Ini luar biasa puluhan tahun kita seolah tidak
berbuat,’’ tandasnya.
Karena itu, ia berharap kepada
peserta Latpim yang sudah menelorkan banyak alumni untuk memikirkan bangsa ini
agar tidak dilirik sebelah mata oleh bangsa lainnya, terutama negeri tetangga.
‘’Kita bangsa besar dan kita
memiliki sumber daya manusia dan alam yang luar biasa. Kalau alumni dari Latpim
ke Latpim berperan maka harusnya bangsa ini sudah semakin baik,’’ tambahnya.
Karena itu, ia mengajak semua pihak,
terutama yang sudah mengikuti Latpim agar sekembalinya di daerah, masing-masing
mengambil peran sesuai keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.
Menjawab pertanyaan peserta, Bupati
Bantaeng mengatakan, rahasia keberhasilan pembangunan di Bantaeng sederhana.
Bekerja dengan ikhlas, ada kebersamaan maka semua berjalan dengan baik.
‘’Bila niat awal sudah baik, Insya
Allah tidak ada yang neko-neko. Terlebih bila lebih banyak yang memikirkan,
tentu akan berbeda bila kita memikirkan sendiri,’’ tandasnya.
Masih menurut Nurdin Abdullah, untuk
menarik simpati masyarakat, aparat harus bisa memposisikan diri sebagai
pelayan. Ia kemudian memberi contoh pelayanan prima yang dilakukan di
kediamannya mulai pukul 06.00 pagi.
Sejak pagi buta, masyarakat sudah
berkumpul mengemukakan masalahnya. ‘’Bila itu masalah jalan atau pengairan
ataupun masalah teknis lainnya, saya langsung panggilkan SKPD terkait.’’
‘’Biasanya, belum sampai di
rumahnya, saya sudah ada di lapangan melihat dimana yang dikeluhkan dan
langsung mengambil tindakan. Demikian pula dengan masalah keluarga dan
persoalan sosial lainnya,’’ tambah Nurdin Abdullah.
Bila dibandingkan ketika baru
dilantik 2008, Bantaeng kini memiliki perubahan drastis. ‘’Ketika itu,
banyak warga merantau ke negeri tetangga. Tugas Pemda bagaimana meyakinkan
masyarakat bahwa masa depan di Bantaeng jauh lebih baik,’’ ujarnya.
Kini, wilayah selatan Sulsel sudah
mulai berbenah. Bahkan melalui Brigade Siaga Bencana (BSB) bisa menekan angka
kematian ibu dan bayi serta berbagai kasus kesehatan lainnya.
‘’Bila Jokowi melakukan Kartu
Jakarta Sehat, Bantaeng cukup telepon atau SMS ke 113, petugas kesehatan
(dokter bersama perawat) akan tiba di lokasi. Mereka akan melihat ditangani
ditempat atau di rujuk ke rumah sakit,’’ jelasnya.(hms)
0 komentar: