Bantaeng, 25/03 – 2014 – Ingin membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bupati Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Ir H Aswadin Randalemba M,si belajar ke
Kabupaten Bantaeng.
Selain belajar BUMD, Bupati Aswadin
yang membawa Asisten II Drs Frederiksen K Djiloi, Kabag Perekonomian dan
sejumlah pejabat lainnya juga bermaksud berguru tentang cara memperoleh dana
provinsi, pusat dan luar negeri seperti yang sudah dilakukan Bupati Bantaeng HM
Nurdin Abdullah dalam membangun daerahnya.
‘’Kami sadar, bahwa untuk membangun
daerah tentu tidak cukup jika hanya mengandalkan anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Karena itulah, kami butuh trik yang dilakukan Bupati
Bantaeng,’’ ujarnya di rumah jabatan Bupati Bantaeng, Selasa (25/3).
Sebagai kabupaten yang baru (pecahan
dari Kabupaten Donggala), Kabupaten Sigi yang memiliki penduduk 256 ribu jiwa
tersebar pada 15 kecamatan dan 176 desa, masih membutuhkan banyak bantuan.
Penduduk tersebut memiliki pekerjaan
85 persen petani, sisanya mengembangkan usaha kecil serta pariwisata. ‘’Karena
itu, tidak salah bila kami belajar ke Bantaeng,’’ ujarnya.
Menyinggung soal potensi alam,
Bupati Kabupaten Sigi mengatakan, daerah yang efektif beroperasi Mei 2009 ini
memiliki luas wilayah 5 ribu kilometer persegi. Dari jumlah terebut 75 persen
kawasan hutan, termasuk kawasan hutan konservasi dan taman nasional.
Dengan kondisi tersebut, masih
banyak wilayah yang sulit dijangkau. ‘’Kami memiliki wilayah yang hanya
bisa dijangkau dengan sepeda motor. Itupun masih harus menghabiskan waktu 2
hari,’’ ujar Bupati Sigi.
Akibat sulitnya transportasi
tersebut, kebutuhan masyarakat menjadi mahal. Harga-harga kebutuhan bisa
mencapai 10 kali lipat dibanding harga kebutuhan di kota, urainya.
Karena itu, penyediaan infrastruktur
menjadi pekerjaan berat yang dihadapi Pemda. Karena itulah, kami datang untuk
belajar dan salah satu yang sudah mendapat peretujuan DPRD adalah soal BUMD,
tambahnya.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
pada kesempatan tersebut menguraikan sejarah kabupaten yang pada zaman
keresidenan Belanda, Bantaeng memimpin wilayah bagian selatan Sulsel seperti
Jepenonto, Bulukumba, Sinjai dan Selayar.
Kabupaten terkecil di Sulsel ini
memiliki penduduk 180 ribu jiwa, 74 persen diantaranya bergerak di sektor
pertanian. Bantaeng juga sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil sayuran.
Kini Pemda berupaya memberi nilai
tambah melalui proses teknologi. Tidak heran bila dataran rendah kini menjadi
penghasil benih yang merupakan hasil penangkaran sendiri.
Hal tersebut sekaligus menyiasati
keterbatasan lahan, sedang pada dataran tinggi ditambahkan dengan tanaman
bernilai ekonomi tinggi seperti strawberry dan appel.
Dan pada kawasan pesisir ditanam
rumput laut. Pemda juga membangun sejumlah kawasan wisata pantai seperti pantai
Marina di pesisir, kawasan agrowisata di pegunungan dan permandian alam ere merasa.
Khusus produksi benih yang sudah
dihasilkan hingga kini mencapai 25 varietas. Untuk pengembangan pembangunan
kota, dilakukan revitalisasi pantai seluas 5 ha yang kini sudah berdiri rumah
sakit berlantai delapan serta anjungan yang menjadi alun-alun kota.
Pembangunan sejumlah fasilitas
tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Pemda, Pemerintah Provinsi, Pusat,
terutama di kawasan wisata terpadu Pantai Marina.
Di bidang kesehatan, juga berhasil
menekan angka kematian ibu dan anak hingga nol persen melalui inovasi Brigade
Siaga Bencana (BSB). Fasilitas ini mendapat bantuan Jepang dalam bentuk
penyediaan ambulance dan pemadam kebakaran.(hms)
0 komentar: