Bantaeng, 28/04 – 2014 – Sebanyak 211 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Kabupaten Gowa melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
Kabupaten Bantaeng.
Para mahasiswa jurusan pertanian dan
perikanan yang berasal dari berbagai provinsi di Sulawesi dan Papua tersebut di
tempatkan pada 9 desa di 4 kecamatan se Kabupaten Bantaeng.
Pembantu Ketua I STPP Gowa Dr Ir
Syaifuddin Anwar MP mengatakan, pemilihan lokasi di Bantaeng yang akan
berlangsung hingga 7 Juni 2014 tersebut didasarkan kemajuan berbagai bidang
terutama bidang pertanian yang cepat di daerah berjuluk Butta Toa.
‘’Semula, ada beberapa daerah yang
dilirik untuk dijadikan lokasi PKL, namun pada saat penentuan, disepakati di
Kabupaten Bantaeng karena kemajuan berbagai bidang terutama bidang pertanian
yang cepat,’’ tuturnya.
Ia berharap, mahasiswa yang
melakukan PKL dapat menjadi pendamping petani yang baik agar petani memiliki
kemampuan untuk mengolah lahannya dengan baik.
Syaifuddin Anwar juga berpesan,
selama mengikuti PKL mahasiwa dituntut mampu melihat dan mempelajari budaya
yang berkembang di tengah masyarakat.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
menyambut baik kehadiran mahasiwa penyuluh pertanian di wilayah kerjanya. Ia
berharap, mahasiswa melakukan saling tukar pengalaman (sharing) untuk memajukan
bangsa.
Menurut bupati, sektor pertanian
mengalami ‘’kecelakaan sejarah’’ terbukti dengan impor berbagai jenis, termasuk
impor pisang dan beras serta produk pertanian lainnya.
‘’Saya menyebut kecelakaan sejarah
sebab dalam kondisi krisis ekonomipun petani kita masih bisa menikmati hasil.
Potensi sumber daya alam yang memadai tidak pantas menjadikan negara kita
sebagai negara pengimpor hasil pertanian dan perkebunan,’’ terangnya.
Dengan potensi yang kita miliki
seperti tanah yang subur dan lahan yang terhampar di seluruh nusantara,
seharusnya kita menjadi negara pengekspor produk pertanian, tambahnya.
Karena itu, ia berharap mahasiswa
STPP mampu membangun integritas yang baik agar pertanian bisa maju. ‘’Orang
yang bekerja di bidang pertanian juga harusnya mendapat penghargaan yang
setimpal,’’ terangnya.
Dengan begitu, orang-orang yang
berkecimpung di sektor ini akan lebih bersemangat. Ia kemudian memberi contoh
sektor kesehatan di Bantaeng yang menghadirkan Brigade Siaga Bencana (BSB).
Kehadiran fasilitas yang ditunjang
20 dokter, ditambah 18 tenaga perawat dan penunjang lainnya mampu membalik
kebiasaan masyarakat yang semula malas ke dokter, kini cukup menekan 113,
ambulance bersama dokter dan perawat akan tiba di lokasi.
Berkat kesadaran tersebut, angka
kematian ibu dan anak di daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota
Makassar, ibukota provinsi Sulsel ini menjadi nol.
Untuk menunjang pelayanan, personil
dokter dan penunjangnya diberi insentif yang sesuai.
‘’Bila anggaran bibit nasional yang
mencapai Rp 9 triliun digunaan untuk menunjang kegiatan penyuluh
pertanian, hasilnya tentu lain. Bila penyuluh dibawa study banding ke Tailand
atau Negara maju lainnya, maka sekembalinya di tanah air sudah mampu membuat
pembibitan/penangkaran sendiri yang lebih berkualitas,’’ tambahnya.
Ini harus disadari bahwa tulang
punggung negara kita pada sektor pertanian. Karena itu, para penyuluh menjadi
kunci. ‘’Selama ini, para penyuluh hanya bersemangat menjelang pesta demokrasi
baik tingkat kabupaten maupun nasional karena dibekali sesuatu,’’ ujarnya lagi.
Di Bantaeng, jelas Bupati HM Nurdin
Abdullah sudah tidak ada yang begitu. ‘’Kita sudah mengembangkan rekeyasa
teknologi dan melakukan penangkaran sendiri. Demikian pula dengan penyediaan
pupuk, sudah dibangun industrinya.(hms)
0 komentar: