Bantaeng, 04/06 – 2014 - Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM)
Kementerian Perindustrian Euis Saedah berharap produk olahan yang dikembangkan
masyarakat Kabupaten Bantaeng tak hanya dikemas dengan baik tetapi harus
memiliki identitas sendiri.
‘’Saya berharap, produk olahan ini
tak hanya sekadar dikemas, tapi harus memiliki branding (identitas)
tersendiri,’’ katanya ketika melihat dan mencicipi sejumlah produk olahan yang
diproduksi IKM binaan PKK Kabupaten Bantaeng, Rabu (4/6).
Dirjen yang didampingi Ketua Tim
Penggerak PKK Hj Lies F Nurdin, Ketua Dharma Wanita Persatuan Hj Aisyah Yasin,
Staf Ahli Bupati bidang IKM Dr Nurlela Abdullah dan pengurus teras PKK
mengunjungi kawasan rumah produksi.
Menurutnya, produk olahan ini sangat
bagus bahkan menjadi bintang dari timur karena pengelolanya cukup memiliki
keahlian. Ini penting sebab produk olahan harus sehat karena berpengaruh
terhadap kesehatan terutama pada anak.
Karena itulah diperlukan kemasan
yang bagus agar gizinya tidak berkurang, aman dikonsumsi, sehat serta memiliki
penampilan (kemasan) yang baik.
Untuk mewujudkan hal itu, Dirjen IKM
berjanji akan menurunkan tim kecil untuk membantu IKM binaan tersebut. Tim ini
nantinya akan mengidentifikasi dan membuat skala prioritas untuk dianggarkan.
Hal ini akan dilakukan secara
bertahap dan disesuaikan dengan jenis kebutuhan yang menjadi prioritas karena
ini terkait dengan daya jual produk, terutama yang terbuat dari bahan pangan.
‘’Ini menjadi catatan kami untuk
segera ditindaklanjuti,’’ tuturnya.
Sebelumnya, Bupati Bantaeng HM
Nurdin Abdullah mengeluhkan minimnya kemasan produk olahan IKM di wilayahnya.
‘’Sayang, produknya bagus, namun
belum dikemas dengan baik padahal hingga kini sudah banyak orang yang
berkunjung ke Bantaeng. Baik yang melakukan study banding maupun menikmati
keindahan alam,’’ urainya.
Staf Ahli Bupati bidang IKM Dr
Nurlela Abdullah juga mengemukakan banyaknya produk olahan yang berdaya jual.
Hanya saja, belum dikemas dengan baik.
Ia memberi contoh produk olahan
untuk anak penderita autis yang permintaannya cukup banyak setiap bulan.
‘’Anak-anak autis tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang menggunakan tepung terigu sehingga dibuatkan baruasa
yang menggunakan tepung beras,’’ urainya.
Nurlela optimistis, bila industri
makanan olahan di Bantaeng mendapat bantuan, produknya akan mampu bersaing pada
pasar bebas ASEAN tahun 2015.
‘’Banyak produk kita yang bisa
diakses pasar luar. Kekurangannya hanya pada kemasan, terutama untuk menembus
Negara-negara yang menggunakan standar
internasional,’’tambahnya.(hms)
0 komentar: