BUMDES 5 Kabupaten / Kota Belajar di Bantaeg
Bantaeng, 8 Juni 2013 - Sebanyak 60 pengurus Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dari lima kabupaten/kota di Sulsel masing-masing dari Kabupaten Barru, Sinjai, Sidrap, Luwu Timur dan Kota Makassar belajar di Bantaeng.
Selama dua hari, para
peserta melihat dan mempelajari system yang dilakukan Bumdes di daerah berjarak
120 kilometer arah selatan Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulsel hingga bisa
eksis.
Kepala Badan PMD Sulsel A
Mangunsidi mengatakan, pilihan belajar ke Bantaeng karena di daerah berjuluk
Butta Toa ini sudah terbukti. ‘’Banyak orang ataupun pejabat yang hanya dalam
tataran pemikiran atau program saja, tapi di Bantaeng sudah terbukti. Bukan
hanya janji dan program,’’ ujarnya.
Mangunsidi juga mengatakan,
selama ini banyak yang hanya dalam tataran teori, tapi di Bantaeng sudah
dinikmati. Karena itulah, peserta study Bumdes memilih Bantaeng sebagai tempat
belajar.
Karena kerja yang sudah
terbukti itulah, Bupati HM Nurdin Abdullah dipilih kembali dengan suara yang
meyakinkan. ‘’Kemenangan tersebut merupakan bukti otonomi,’’ tandasnya.
Menjawab pertanyaan, Bupati
Bantaeng HM Nurdin Abdullah mengatakan, keberhasilan pembangunan di wilayah
kerjanya berkat kerja keras semua pihak. Pemda juga sangat serius terhadap
penanganan angka pengangguran dan kemiskinan, ujarnya.
‘’Kami berkonsentrasi
bagaimana menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan dengan menciptakan pasar
untuk produksi masyarakat,’’ tandas bupati yang juga Ketua Perhimpunan Sarjana
Jepang (Persada) Sulsel itu.
Nurdin Abdullah mengatakan,
meski APBD Bantaeng terkecil di Sulsel, namun Pemda bisa membelikan kendaraan
pikap terhadap Bumdes yang ada. Gunanya untuk mengangkut produksi masyarakat.
Melalui kendaraan Bumdes
tersebut juga membuka kantong produksi dan isolasi desa. ‘’Sekarang dana sudah
bergulir hingga ke desa sebab desa juga sudah ditingkatkan dana anggaran desa
(ADD)nya,’’ jelas Nurdin Abdullah.
Ia kemudian menyebut salah
satu desa yang dana ADD yang sudah mencapai Rp 2 miliar. Padahal dulu hanya Rp
15 juta. Sebelum mencapai itu, Pemda melakukan peningkatan kapasitas pengelola.
‘’Mulai dari Sekretaris
Desa/Bumdes, Bendahara hingga Direktur Bumdes dilatih agar memiliki
keterampilan. Setelah dianggap mampu, barulah program dilaksanakan sebab setiap
Bumdes juga diberi dana awal Rp 100 juta,’’ urainya.
Kini, petani sudah lebih
kaya dari pegawai sebab semua lahan dioptimalkan. Bantaeng bahkan telah
dicanangkan sebagai Kabupaten Benih Berbasis Teknologi. Ini ditunjang
laboratorium kultur jaringan, laboratorium satu-satunya di luar Bogor.
Tahun depan, Bantaeng juga
memproduksi pupuk lepas lambat yang lebih efisien karena petani hanya sekali
melakukan pemupukan, sedang lahan yang tidak produktif seperti di Kecamatan
Pa’jukukang dijadikan kawasan industri.
Sejumlah industri
kini sudah siap dibangun, termasuk industry pengolahan bijih nikel (smelter)
dan bijih besi dengan investasi mencapai Rp 13 triliun, urainya.
0 komentar: