Selamat Datang di Blogspot Staf Bupati Bantaeng Alamat : Jl. A. Manappiang No.5 Kabupaten Bantaeng - Telepon ( 0413 ) 21001, fax ( 0413 ) 22765 Propinsi Sulawesi Selatan, terima kasih,..atas kunjungan anda. Wassalam
Silahkan Mengganti Tema Latar yang di inginkan


Imam besar Masid New York ( USA ) ceramah di Kabupaten Bantaeng

IMAM BESAR MASJID NEW YORK (USA) CERAMAH DI BANTAENG

Perkembangan pesat Islam di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa dekade terakhir, terutama sejak tragedi 11 September 2001 (black September) yang ditandai runtuhnya gedung Word Trade Center (WTC) kini mengalami tantangan baru. Ummat Islam di negeri Paman Sam itu kini kesulitan Imam. Selama ini, para Imam tersebut umumnya pendatang, bukan warga asli AS, kata Iman Masjid Islamic Center New York, Amerika Serikat, Shamzhi Ali pada tablik akbar di Masjid Agung Kabupaten Bantaeng, Rabu (3/4).

 Tablik akbar yang ditandai pelantikan pengurus Persatuan Wanita Tarbiyah (Perwati) Kabupaten Bantaeng tersebut dihadiri Pembina Badan Kontak Majelis Taklim Sulsel yang juga istri Wagub Ny Hj Majda Agus Arifin Nu’mang, Bupati Bantaeng diwakili Asisten 1 Muslimin M dan sejumlah pimpinan SKPD. Menurut Imam Besar Islamic Center New York itu, sejak kasus black September yang menuding Islam sebagai agama teroris, justru banyak warga AS yang penasaran tentang Islam. ‘’Dunia barat bahkan sering menilai, Islam tidak menghargai wanita. Islam hanya menjadikan wanita sebagai obyek dan berbagai tudingan lainnya. Tapi itu, karena mereka tidak mengerti. Kita bisa buktikan, betapa Islam sebagai agama yang damai,’’ 

terang putra kelahiran Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba itu. Ia kemudian memuji jemaah masjid Agung yang menghadiri tablik akbar yang didominasi perempuan. ‘’Kita bisa undang orang-orang barat melihat ini, terlebih di Kabupaten Bantaeng yang sangat mengagumkan, kebersihannya sangat luar biasa. Dan hebatnya lagi, pembangunan di daerah ini disertai pembangunan karakter,’’ tambahnya. Sebagai muslim, sambung Syamzhi Ali, kita bisa merasakan nikmat Islam dan iman dengan ketenangan hidup. 

Ini sangat berbeda dengan orang AS yang mencari kebahagiaan dan ketenangan di tempat hiburan malam (bar). Menurutnya, stigma orang AS terhadap Islam selama ini sangat keliru. Inilah yang menjadi tantangan, bagaimana mengubah stigma tersebut. Warga Amerika Serikat sering menganggap madrasah sebagai tempat mencetak teroris, padahal anggapan tersebut salah dan terbukti dirinya sendiri alumnus madrasah. Putra kelahiran Kajang Kabupaten Bulukumba itu mengatakan, sebelum peristiwa 11 September sebagian besar warga AS memahami Islam sebagai agama eksotik, orangnya gampang marah dan terbelakang, padahal kenyataannya tidak seperti itu, setelah peristiwa tersebut pemahamannya berubah. Sebelum peristiwa 11 September, ujar dia, yang masuk Islam kebanyakan orang kulit hitam yang baru keluar dari tahanan, 

sedangkan setelah 11 September mereka yang masuk Islam dari kalangan wanita muda, berpendidikan dan kalangan profesional. Pada berbagai kesempatan ceramah Shamzhi Ali mengatakan bahwa Islam memberikan solusi terhadap persoalan diskriminasi termasuk diskriminasi yang terjadi di Amerika Serikat. "Itu saya katakan juga saat ceramah di Jakarta yang dihadiri Dubes AS. Sampai sekarang diskriminasi di AS sangat tinggi. New York itu pusatnya di Manhattan, kemudian ada Time Square, namun penduduk yang tinggal di up town dan down town terjadi perbedaan yang sangat tinggi," katanya.

 Tentang terorisme, Imam Besar Islamic Center New York itu berpandangan akarnya adalah ketidakadilan dunia, namun terorisme tidak cukup hanya menggunakan pendekatan keamanan. Ia mengatakan, pihaknya saat ini juga gencar melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat.

 "Untuk pertama kalinya pada 2001 kami diundang buka bersama Wali Kota New York Michael Bloomberg. Bloomberg juga merupakan wali kota keturunan Yahudi yang mengizinkan umat Islam mendirikan masjid di `ground zero` saat 70 persen warga menolaknya," katanya. 

 Pada sebuah kesempatan, Shamzhi bertanya kepada Bloomberg kenapa dirinya mengizinkan umat Islam membangun masjid di tempat tersebut, lantas dia menjawab dirinya kenal Islam sudah sepuluh tahun dan Islam itu jujur.  

"Umat Islam hanya perlu untuk ibadah. Kedua, kalaupun saya tidak membela Islam, saya membela konstitusi saya yang memberikan kebebasan menjalankan agama dari kelompok manapun," kata Shamsi menirukan Bloomberg. Pada kesempatan tersebut Shamzhi Ali mengajak bangsa Indonesia memanfaatkan peluang pasar yang ada di Amerika Serikat dengan meningkatkan SDM seperti bangsa China yang pandai memanfaatkan peluang. Masih menurut Imam Besar Islamic Center New York, setelah kasus 11 September, ada masjid yang diserang. Ada orang Islam yang ditusuk dan ada wanita India yang dikira muslim juga menjadi korban. Setelah itu, Al Qur’an laris manis. 

Namun ternyata, orang-orang membeli Qur’an, hanya karena mau mengetahui ayat tentang terorisme dan sejenisnya. Namun, semakin dibaca, mereka semakin merasakan ketenangan yang tidak pernah dirasakan selama hidupnya. Karena itulah, kita harus konsisten memperlihatkan keindahan Islam. Orang benci Islam karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti. Ada juga yang khawatir karena Islam tak bisa lagi dibendung. Tantangan kita ke depan adalah menyiapkan Imam yang berasal dari warga Negara asli.

 ‘’Kita harus bisa mendidik bule-bule itu menjadi Imam,’’ terang Syamzhi Ali yang menyayangkan kurangnya buku-buku Islam dari Indonesia padahal banyak penulis besar seperti Hamka. Sebagai bangsa yang memiliki ummat Islam terbesar di dunia, seharusnya kita bisa mewarnai Islam di AS atau Eropa, namun hingga kini, buku-buku yang merupakan karya besar anak bangsa itu tidak ada di AS, kuncinya.(hms) warga Amerika Serikat sering menganggap madrasah sebagai tempat mencetak teroris, padahal anggapan tersebut salah dan terbukti dirinya sendiri alumnus madrasah. Shamsi mengatakan sebelum peristiwa 11 September sebagian besar warga AS memahami Islam sebagai agama eksotik padang pasir, orangnya gampang marah-marah dan terbelakang, padahal kenyataannya tidak seperti itu, setelah peristiwa tersebut pemahamannya berubah. Sebelum peristiwa 11 September, ujar dia, yang masuk Islam kebanyakan orang kulit hitam yang baru keluar dari tahanan, sedangkan setelah 11 September mereka yang masuk Islam dari kalangan wanita muda, berpendidikan dan kalangan profesional. Pada berbagai kesempatan ceramah Shamsi Ali mengatakan bahwa Islam memberikan solusi terhadap persoalan diskriminasi termasuk diskriminasi yang terjadi di Amerika Serikat. "Itu saya katakan juga saat ceramah di Jakarta yang dihadiri Dubes AS.
 
 Sampai sekarang diskriminasi di AS sangat tinggi. New York itu pusatnya di Manhattan, kemudian ada Time Square, namun penduduk yang tinggal di up town dan down town terjadi perbedaan yang sangat tinggi," katanya. Tentang terorisme, Shamsi berpandangan akarnya adalah ketidakadilan dunia, namun terorisme tidak cukup hanya menggunakan pendekatan keamanan. Shamsi mengatakan pihaknya saat ini juga gencar melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat. 

 "Untuk pertama kalinya pada 2001 kami diundang buka bersama Wali Kota New York Michael Bloomberg. Bloomberg juga merupakan wali kota keturunan Yahudi yang mengizinkan umat Islam mendirikan masjid di `ground zero` saat 70 persen warga menolaknya," katanya. Pada sebuah kesempatan, Shamsi bertanya kepada Bloomberg kenapa dirinya mengizinkan umat Islam membangun masjid di tempat tersebut, lantas dia menjawab dirinya kenal Islam sudah sepuluh tahun dan Islam itu jujur. "Umat Islam hanya perlu untuk ibadah. Kedua, kalaupun saya tidak membela Islam, saya membela konstitusi saya yang memberikan kebebasan menjalankan agama dari kelompok manapun,

" kata Shamsi menirukan Bloomberg. Pada kesempatan tersebut Shamsi mengajak bangsa Indonesia memanfaatkan peluang pasar yang ada di Amerika Serikat dengan meningkatkan SDM seperti bangsa China yang pandai memanfaatkan peluang. 








0 komentar:

Komentar

Komentar Terbaru

CREATED BY : Dedy Unsat.net