Kemensos - ternyata Nurdin lebih dulu dari Jokowi
Bantaeng,
25 Juni 2013 – Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial
Dr Raden Harry Hikmad M.si terperangah ketika mengetahui layanan sosial untuk
masyarakat miskin di Kabupaten Bantaeng sudah berjalan lama.
‘’Kami sudah keliling Indonesia dan
yang dikenal memiliki kepekaan hanya Joko Widodo. Ternyata ada Nurdin Abdullah
yang lebih dulu, seorang pejabat yang
menggunakan hati nurani untuk dekat
kepada rakyatnya,’’ katanya pada Workshop & Sosialisasi Pelayanan Terpadu
dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera (Pandu Gempita) di
Bantaeng, Selasa (25/6).
Menurutnya, selama ini masyarakat
datang ke rumah pak Bupati mengadukan nasibnya. Artinya masyarakat butuh tempat
mengadu sehingga perlu ada aparat yang bisa mengayomi dan itu dilakukan bupati,
urainya.
Lalu, SKPDnya kemana ? sebab tidak
mungkin seorang Nurdin Abdullah bisa melakukan one stop services terus-terusan
karena ada keterbatasan. Karena itulah, SKPD harus bisa merespon dengan
mensinergikan masing-masing programnya sehingga menjadi layanan sosial terpadu
dan berkelanjutan.
Bentuk layanan terpadu itulah yang
digagas Kemensos dalam bentuk layanan one stop servives atau layanan satu atap.
Raden Harry pun memuji layanan Brigade Siaga Bencana (BSB) yang disiapkan Pemda
Bantaeng yang juga sudah berjalan lama.
BSB memberikan layanan kesehatan tanpa kartu. Cukup menelpon ke 113. Demikian pula dengan layanan darurat lainnya. Ini merupakan salah satu contoh keterpaduan antar lembaga dan ini bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia, urainya.
BSB memberikan layanan kesehatan tanpa kartu. Cukup menelpon ke 113. Demikian pula dengan layanan darurat lainnya. Ini merupakan salah satu contoh keterpaduan antar lembaga dan ini bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia, urainya.
‘’Tinggal bagaimana kementerian juga
melakukan keterpaduan program misalnya saja dalam hal layanan air bersih,
perumahan, lapangan kerja dll sehinga masyarakat bisa menikmati,’’ tandasnya.
Is kemudian menyebut salah satu
daerah yang sudah memberlakukan layanan terpadu di Indonesia yakni Kabupaten
Sragen. Daerah tersebut membangun dua jenis layanan di Kantornya. Di bagian
kanan untuk pelayanan perizinan dan layanan satu atap di bagian kiri untuk
layanan sosial kemiskinan.
Bila layanan seperti ini bisa
dilakukan, maka masyarakat tak perlu lagi ke rumah bupati karena sudah ada
tempat khusus yang bisa dikenal masyarakat. Dan ini bisa dilakukan pada tingkat
kecamatan karena layanan sosial tersebut tidak terkendala modal.
‘’Bisa dimulai dari apa yang ada,’’
tutur Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kemensos itu seraya mengatakan,
untuk mengalihkan dari kediaman pribadi bupati ke tempat lain tidak sulit
karena sudah berjalan.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
pada kesempatan itu mengakui, layanan sosial untuk masyarakat miskin sudah lama
dilakukan. Ini dilakukan sejak awal kepemimpinan tahun 2008.
Masyarakat bisa menemui Bupati HM
Nurdin Abdullah setelah shalat subuh. Masyarakat datang dengan berbagai
persoalan, mulai dari soal rumah tangga hingga anak-anak yang ingin sekolah
serta yang butuh modal usaha.
Kondisi tersebut dipicu angka
pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi ketika itu. Angka pengangguran
pada 2008 mencapai 12,09 persen, kini sisa 3,75%, angka kemiskinan yang semula
12, 12 persen kini tersisa 7,57 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang pada
2008 hanya 5,37 persen dan kini tumbuh signifikan di atas rata-rata provinsi
dan nasional yakni 8,9 persen, Nurdin Abdullah optimistis, bisa menjadikan
Kabupaten Bantaeng menjadi Kabupaten Sejahtera dan Mandiri.
Indikatornya, enam investor sudah
siap membangun industry pengolahan bijih nikel (smelter) dan bijih besi
(mangan) dengan total investasi Rp 13 triliun. Keenam industry tersebut akan
menyerap tenaga kerja 15 hingga 20 ribu.
Bila semua berjalan sesuai rencana,
ke depan Bantaeng akan
memperoleh royalty yang besar
sehingga kemungkinan kita tidak lagi diberi dana alokasi umum dan khusus
(DAU/DAK) karena sudah bisa mandiri, tandasnya.
0 komentar: