Bantaeng, 21/12 – 2013 – Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri yang
diwakili Kepala Bagian Perencanaan Drs Safrizal M.Si mengatakan, dari 40 lokasi
pembangunan gedung Badan Penanggulangan Bencana di Indonesia, gedung BPBD
Kabaupaten Bantaeng terbaik.
‘’Ini sangat luar biasa. Meski
dananya terbilang minim, namun hasilnya sangat baik,’’ katanya pada peresmian
Gedung Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantaeng,
Sabtu (21/12).
Gedung yang terletak di jalan poros
Bantaeng – Bulukumba tersebut memanfaatkan lahan seluas 3.654 m2 dengan luas
bangunan 350 m2 yang terdiri atas 12 ruangan menghabiskan dana Rp 1,4 miliar
‘’Kami sangat bangga, uang kecil
hasilnya seperti ini. Besar dan megah. Pusat memberi apresiasi,’’ tambah
Safrizal yang meminta kepada Kepala BPBD Bantaeng segera mengurus pengalihannya
agar menjadi asset daerah.
‘’Saya berharap, dalam enam bulan
ini, segera di urus ke pusat agar fasilitas ini menjadi asset daerah,’’ katanya
lagi seraya mengemukakan harapannya dengan gedung yang bagus, penanggulangan
bencana bisa berjalan baik sehingga masyarakat merasa aman.
Menurutnya, pencegahan bencana jauh
lebih baik dibanding penanggulangan. Karena itu, perlu dilakukan kampanye
pengurangan resiko.
Misalnya saja, apa yang dilakukan
saat terjadi bencana. Ini juga perlu dibarengi pelatihan cara melakukan
evakuasi dan penyelamatan diri. Bahkan bisa dilakukan mulai dari pelajar, beri
pelatihan dan pemahaman.
‘’Bila masyarakat sudah memiliki
bekal, maka ketika bencana benar-benar terjadi, masyarakat sudah siap. Mereka
tidak panik lagi,’’ tambahnya.
Dengan begitu, jelas Safrizal,
korban jiwa, harta dan lainnya bisa ditekan. ‘’Kita tidak boleh lagi seperti
dulu, dengan UU no 24/2007 pendekatan kita kini lebih pada preventif. Hasilnya,
Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono telah menerima penghargaan penanggulangan
bencana,’’ tandasnya.
Karena itu, BPBD harus banyak
melakukan pembinaan dan banyak berlatih agar peristiwa yang banyak memakan
korban jiwa dan harta seperti ketika sunami terjadi di Aceh pada 2004 bisa kita
tekan.
Ia juga mengemukakan kekagumannya
terhadap perkembangan di Bantaeng. ‘’Kondisi sekarang dengan tahun 2003 ketika
saya masih menjabat Ketua Umum Sekolah Pamong Praja sangat jauh berbeda.’’
Dulu Bantaeng terasa kampung.
Sekarang sudah terasa kota. Bahkan sudah banyak fasilitas yang dibangun seperti
hotel. ‘’Saya benar-benar terkesan,’’ akunya
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
pada kesempatan itu mengemukakan perkembangan Bantaeng yang kini banyak
dipenuhi study banding dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar
negeri.
Kuncinya, jelas Nurdin Abdullah
harus ada rasa memiliki sehingga tidak ada niat untuk melakukan penyelewengan.
Ibaratnya, kita membangun rumah sendiri sehingga tidak mungkin kita
memanfaatkan salah, tandasnya memberi contoh.
Ia kemudian memberi gambaran kondisi
Kabupaten Bantaeng pada awal pemerintahannya yang masih digenangi banjir, namun
setelah dilakukan pengkajian, akhirnya diputuskan membangun cekdam.
Melalui fasilitas tersebut, air
sudah bisa dikendalikan. Air yang dilepas hanya sesuai kebutuhan dan selebihnya
masuk ke saluran induk.
Kini, Bantaeng dalam lima tahun
terakhir sudah tidak kebanjiran lagi. Sedang untuk meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat, Pemda membangun Brigade Siaga Bencana (BSB).
Kehadiran BSB bahkan mampu menekan angka
kematian ibu melahirkan dari 17 orang/tahun menjadi nol. Demikian pula dengan
angka kematian bayi.
‘’Kini, masyarakat tidak takut
sakit. Cukup mengangkat telepon ke 113 , ambulance bersama dokter dan perawat
akan tiba. Bila tidak bisa diselesaikan di tempat, BSB akan merujuk ke rumah
sakit,’’ jelasnya.(hms)
0 komentar: