Bantaeng, 14/12 – 2013 - Konsep hutan desa yang melibatkan masyarakat dalam menjaga
hutan dinilai mampu menjawab program kehutanan.
Melalui konsep hutan desa yang sudah
diterapkan di Bantaeng tersebut, masyarakat disekitarnya memiliki tanggungjawab
menjaga sehingga kita tidak khawatir terhadap perusakan hutan.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
mengatakan hal itu ketika membuka lokakarya Agroforesti dan Hutan yang
berlangsung di ruang pola Kantor Bupati Bantaeng, Sabtu (14/12).
Lokakarya yang berlangsung sehari
tersebut menghadirkan Koordinator Afro Sulsel Pratiknyo Purnomo Sidhi, Atiek
Widayati dan Ni’matul Khasanah dari ICRAF sebagai pembicara.
Menurut bupati, dana yang
digelontorkan untuk penanggulangan lahan kritis setiap tahun mengalami
peningkatan, namun lahan kritis di Indonesia tidak juga berkurang.
Karena itu, Nurdin mempertanyakan
apakah program ini perlu dipertahankan atau ada bentuk lain. ‘’Kalau saya lebih
baik dikerjasamakan saja dengan Agfor sebab bila pemerintah yang tangani,
kesannya hanya seremonial saja padahal masalah lingkungan ini tidak boleh
dianggap sepele,’’ tuturnya.
Ia juga menunjuk proyek penanaman 1
miliar pohon. Apakah itu efektif, tambahnya lagi seraya mengatakan, program
kehutanan hanya bisa berhasil bila masyarakat sekitar dilibatkan.
‘’Bila mereka dilibatkan, hutan akan
selamat. Tentu mereka tidak merusak bila diberi kepercayaan. Kesejahteraannya
juga akan lebih baik. Itulah program Hutan Desa,’’ tandasnya.
Khusus di Bantaeng, Bupati HM Nurdin
Abdullah mengatakan, kita masih harus banyak berbuat karena kondisi alam yang
rawan. Karena itu, ia berharap kerjasama erat (sinergi) dengan Pemda agar tidak
terjadi program tumpang tindih.
Nurdin juga meminta Agfor memberi
rekomendasi dan evaluasi selama berada di daerah berjarak 120 kilometer arah
selatan Kota Makassar, ibukota provinsi Sulsel.
Melalui evaluasi dan rekomendasi
tersebut kita bisa bekerja lebih fokus, tambahnya.
Koordinator Agfor Sulsel Pratiknyo
Purnomo Sidhi melaporkan, selama dua tahun berada di Bantaeng, pihaknya telah
membentuk kelompok kecil dibarengi pelatihan untuk peningkatan kemampuan sumber
daya manusia (SDM) pengelola.
Kelompok sebanyak 15 itu kini telah
pandai membuat pembibitan sendiri yang sekaligus mampu menjawab visi kabupaten
menjadi kabupaten benih berbasis teknologi.
Melalui pelatihan penanaman, kita
berharap wilayah Kayu Loe bisa kembali hijau. Adapun yang dikelola para petani
selain kopi, juga cengkeh, kakao dan tanaman produktif lainnya.
Hasil pembibitan kelompok tani
tersebut disertifikasi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan, ujarnya.(hms)
0 komentar: