Peserta seminar kakao tinjau Kabupaten Bantaeng
Bantaeng, 28 Juni 2013 - Peserta seminar kakao yang tergabung dalam Cocoa Research Group (CRG) dari berbagai negara meninjau perkembangan kakao di Desa Bontoloe dan Desa Pattallassang, Kabupaten Bantaeng.
Peninjauan ini merupakan rangkaian
seminar yang berlangsung 3 hari di Hotel Clarion Makassar, kata Ketua CRG Dr Ir
Ade Rusmana DEA saat diterima Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah di rumah
jabatan Bupati Bantaeng, Jum’at (28/6).
Menurut Ade Rusmana, peninjauan
dilakukan pada hari ketiga seminar yang diikuti 200 peserta dari 6 negara
masing-masing Amerika Serikat (AS), Australia, Malaysia, Philipina, Papua
Nugini dan tuan rumah Indonesia.
Selain ke Bantaeng yang berjumlah 60
orang, satu group lainnya juga melakukan kegiatan yang sama di Luwu Timur. Dari
kunjungan lapangan tersebut, tim akan melihat perkembangan perkakaoan di
Sulsel, terutama yang telah dilakukan petani pada kedua daerah sampel, urainya.
Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah
menyambut baik kehadiran peserta seminar internasional tersebut yang ingin
melihat kondisi kakao di kabupaten berjarak 120 kilometer arah selatan Kota
Makassar, ibukota provinsi Sulsel.
Pengembangan kakao di daerah
berjuluk Butta Toa ini dilakukan bekerjasama Universitas Hasanuddin. Hasilnya,
produk kakao yanag semula hanya 250 gram/Ha kini meningkat tajam menjadi 3
ton/Ha.
Bupati kemudian meminta kepada
peserta yang berasal dari Jember agar memberikan kepercayaan ke Bantaeng untuk
mensuplai bibit kakao ke kawasan timur Indonesia (KTI).
‘’Untuk melayani permintaan bibit di
KTI, serahkan ke Bantaeng saja,’’ pintanya seraya mengemukakan peningkatan
keterampilan petani yang sudah bisa mengembangkan sendiri kakaonya.
Kelompok-kelompok tani kakao bahkan
semakin terampil dalam penanganan perbanyakan bibit hingga pasca panen. Karena
itulah, sangat tepat bila Bantaeng bekerjasama Jember untuk memenuhi permintaan
di KTI, urainya.
Bupati HM Nurdin Abdullah pada
kesempatan itu juga menguraikan kondisi wilayahnya sejak zaman kepresidenan yang
menjadikan Bantaeng sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan ekonomi yang
membawahi Kabupaten Jeneponto, Bulukumba, Sinjai dan Selayar.
Ia bahkan membandingkan kondisi
daerah ini 5 tahun lalu yang menjadi daerah langganan banjir dan masyarakatnya
miskin. Kondisi tersebut merupakan ironi sebab potensinya ada.
Setelah dilakukan kajian mendalam,
akhirnya ditemukan titik penyebab banjir yang kini dikenal dengan Cekdam Balang
Sikuyu serta pengembangan lainnya yang mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Di bidang kesehatan, Pemda juga
menyiapkan layanan kesehatan gratis Brigade Siaga Bencana (BSB) yang tanpa
kartu seperti yang dilakukan di Jakarta.
‘’Masyarakat cukup menekan 113,
ambulance yang membawa dokter dan perawat akan tiba di lokasi,’’ urainya.
0 komentar: